Minggu, 27 Juni 2010

Say Thanks....

Assalamu'alaikum Teman2Q...
Di ksemptan kali ini, Q cuma mau ngucapin minta tlong wa smua teman2Q spya bisa mmbrikan coment pd artikel yg sudah saya muat dalam blog ini...
Saya ucapkan terima kasih banyak kpda smua teman2 yg sudah brsedia mmberikan comentnya...Smga smuanya bisa brmanfaat unt kita semua...AMIN...
Keep on the spirit all my friends...('_')

Kamis, 24 Juni 2010

Say Hay...

Uupzzzz...ngomong-ngomong masalah say hay sama teman-temanQ...
Hay teman-teman....
Semoga kabar teman-temanku disana baik-baik j y...amin...
Oya gini all my friends...
Q udah masukin beberpa artikel yang Q temukan dari beberapa situs nich...
dan hampir semuanya artikel tersebut berkaitan dengan BK...
Q mohon teman-teman bisa memberikan beberapa komentar dari artikel tersebut...
dan semoga semua artikel tersebut dapat bermanfaat buat Qt semua, dan khususnya buat anak-anak jurusan Bimbingan dan Konseling...
Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan makasih atas perhatian teman-teman semua...('_')
Tetap SEMANGAT buat belajar...!!!

Landasan-landasan BK

Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :

- Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
- Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
- Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
- Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
- Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
- Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
- Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.

c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan,

Usaha & Prinsip Melatih Empati

Usaha untuk Menumbuhkan Empati
1.Menceritakan apa dan mengapa perasaan orang. Empati dapat ditumbuhkan dengan menceritakan apa dan mengapa seseorang mengalami sesuatu. Seseorang akan lebih mudah turut merasa dengan orang lain kalau orang itu memunyai informasi tentang apa yang dirasakan orang itu (what the person feels). Selanjutnya, orang akan lebih bersedia untuk berempati kalau ia mengerti mengapa orang itu merasa seperti yang dirasakannya (why he feels as he does). Informasi yang paling efektif untuk membangkitkan empati adalah informasi mengenai apa yang sedang diperjuangkan orang itu dan apa perjuangannya untuk mencapai tujuannya.
2.Menyatakan kesenangan, pujian, atau penghargaan. Selanjutnya, orang tua, pendidik lainnya, atau guru perlu menopang kesediaan anak untuk berempati dengan menyatakan kesenangan, pujian, atau penghargaan mereka atas empati yang ditunjukkannya.
3.Menunjukkan akibat dari perbuatan anak terhadap perasaan orang lain. Orang tua yang secara konsisten bereaksi terhadap perbuatan negatif anaknya dengan menunjukkan pada perasaan yang telah ditimbulkannya pada orang tersebut, cenderung memunyai anak yang lebih sanggup memahami sudut pandang orang lain, lebih empatik, dan lebih bersedia berbuat baik.
4.Sekali empati telah dibangkitkan, dorongan pada anak untuk berbuat baik akan datang dari diri anak itu sendiri. Di sini, empati akan bertindak sebagai pencetus untuk disiplin diri.

Prinsip-Prinsip untuk Melatih Empati dalam Kehidupan Sehari-Hari
1.Minta agar anak memerhatikan perasaan orang lain. Minta ia untuk membayangkan bagaimana perasaannya kalau ia di tempat orang tersebut.
2.Beritahukan akibat yang ditimbulkannya pada perasaan orang lain.
3.Terangkan mengapa orang merasa demikian.
4.Tanyakan perbuatan apa yang dapat dilakukannya yang lebih bersikap peduli pada orang lain.
5.Kita katakan kepadanya bahwa kita meminta atau berharap ia bersikap lebih peduli dan panjang pikiran.
6.Hargai, puji, dan nyatakan kegembiraan kita kalau ia bersikap panjang pikiran. Tunjukkan kekecewaan kita kalau ia bersikap sebaliknya.
7.Ceritakan kepada anak perasaan empati kita pada seseorang, dan perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang tersebut.
8.Beri contoh tentang orang yang bersikap empati dan orang yang tidak, dan nyatakan penghargaan kita atas kebaikan orang.
9.Bantulah ia menolak pengaruh negatif dari teman yang mengejek perasaan empatinya.
10.Dalam mencari teman, anjurkan ia memertimbangkan kesanggupan anak tersebut untuk merasa empati.

Empati

Apakah Empati?
Empati adalah kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan kesenangan orang lain, turut merasa sakit dengan penderitaan orang lain, dan turut berduka dengan kedukaan orang lain.
Hubungan Antara Empati, Belas Kasihan, Kepedulian
Rasa empati dekat sekali hubungannya dengan rasa belas kasihan. Karena seseorang berempati dengan orang lain, maka ia dapat merasa belas kasihan pada orang lain, dan dari rasa belas kasihan, dapat tumbuh rasa peduli yang dalam.
Empati Bersifat "Bumerang"
Pada sisi lain, empati bersifat seperti "bumerang". Perbuatan yang kita lakukan terhadap orang lain memunyai efek emosional terhadap diri kita sendiri. Jika karena perbuatan kita seseorang menjadi senang atau menjadi menderita, perbuatan itu seakan-akan berbalik kepada kita. Kita merasa senang jika kita berbuat yang menyenangkan, dan merasa bersalah (guilty feeling) jika kita membuat orang menderita.
Hati nurani yang mulai tumbuh pada anak yang peka pada usia sekitar lima tahun adalah kesadaran yang membantu seseorang membedakan apakah sebuah perbuatan baik atau buruk. Pada anak di bawah usia lima tahun, ukuran apakah sebuah perbuatan baik atau buruk tergantung oleh akibat yang ditimbulkan perbuatan tersebut -- apakah ia mendapat pujian atau hukuman karena melaksanakan hal tersebut. Tetapi pada waktu usia kira-kira 7 -- 11 tahun, mulai tumbuh kesanggupan pada anak untuk belajar menilai sendiri moral sebuah perbuatan. Maka usia anak SD adalah masa yang amat penting untuk pembentukan hati nurani seseorang, karena mereka sudah bisa melihat dari sudut pandang orang lain dan dapat membayangkan akibat perbuatannya terhadap perasaan orang lain. Anak-anak perlu merasa hatinya tertusuk dan merasa bersalah ketika menyadari bahwa ia telah melukai orang, baik secara fisik atau perasaan. Dari peristiwa ini akan tumbuh kepedulian yang sejati. Karena itu, empati mendo rong kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.
Simpati-Empati
Perbedaan dengan simpati adalah saat kita bersimpati, itu berarti kita senang dan peduli akan orang tersebut (simpathy: you care about the other person). Tetapi kalau kita berempati, kita seakan-akan masuk ke dalam orang tersebut dan menjadi seperti orang tersebut (empathy: you are the other person).
Empati; Kesediaan Berbuat Baik (Altruisme)
Kalau kita merasakan apa yang dirasakan orang lain, kita ingin melakukan sesuatu untuk orang itu. Hubungan antara empati dan kesediaan berbuat baik (altruisme) telah dicatat oleh banyak hasil penyelidikan psikolog. Empati yang tinggi memerbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi, dan untuk berkorban demi kesejahteraan orang lain.
Kesanggupan untuk berempati adalah kesanggupan bawaan yang ada pada tiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda. Ada anak yang dilahirkan dengan lebih banyak kesanggupan untuk turut merasakan ada yang kurang. Psikolog anak telah menemukan kesanggupan empati pada anak yang berusia satu setengah tahun, ketika ia melihat seorang anak sedih, ia menawarkan bonekanya untuk menghibur anak tersebut.
Dengan perkembangan kesanggupan berbahasa, berkembang juga kesanggupan untuk berempati.

Aspek&Faktor Berpikir Positif

Aspek Kecenderungan Berpikir Positif
Menurut Albercht (1980) pada area verbalisasi positif mengandung faktor-faktor yang berkaitan dengan berpikir positif, antara lain:
a. Harapan yang positif
Dalam hal ini didalam menyampaikan sesuatu hal lebih dipusatkan pada hal yang positif misalnya harapan akan sukses, maka subyek membicarakan tentang sukses, tentang prestasi, dan tentang kepercayaan diri.
b. Afirmasi diri
Memusatkan perhatian pada kekuatan diri sendiri, melihat diri secara positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan individu lain.
c. Pernyataan yang tidak menilai
Suatu pernyataan yang lebih mengarah pada penggambaran keadaan daripada menilai keadaan, tidak kaku dan fanatik dalam pendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan negatif terhadap sesuatu hal.
d. Penyesuaian terhadap kenyataan
Mengakui kenyataan dengan segera berusaha menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustrasi, kasihan diri, dan menyalahkan diri, menerima masalah dan berusaha menghadapinya adalah satu ciri dari orang yang berpikir positif. Mereka menganggap bahwa masalah sebagai bagian kehidupan yang harus di hadapi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang berkaitan dengan berpikir positif adalah harapan positif, afirmasi diri, pernyataan, yang tidak menilai, dan penyesuaian terhadap kenyataan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif
Vinacle (dalam Eva, 2002) menjelaskan adanya dua faktor utama yang mempengaruhi cara bepikir seseorang, yaitu:
a. Faktor Etnosentris, pengertian adalah sikap pandangan yang terpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, yang biasanya disertai sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Faktor etnosentris berupa keluarga, struktur sosial, jenis kelamin, agama, kebangsaan, dan kebudayaan.
b. Faktor Egosentris, pengertian adalah sifat dan kelainan yang menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal, menilai segalanya dari sudut pandang sendiri. Faktor egosentris inilah yang membedakan cara pikir individu. faktor ini berupa aspek-aspek kepribadian.
Piaget dan Murphy (dalam Rusli, 1999) mengemukakan bahwa egosentris adalah ketidakmajuan untuk menaruh perhatian menggambil bagian dan ikut merasakan kebutuhan serta perasaan dan pandangan orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan dua faktor yang mempengaruhi cara berpikir seseorang adalah faktor etnosentris dan faktor egosentris.

Tentang Facebook

Kehadiran situs web jejaring sosial begitu menarik perhatian banyak orang, khususnya kaum remaja. Setelah pendahulunya Friendster yang digemari, kini kehadiran situs web Facebook lebih menarik dan menjadi tren saat ini. Berbagai fitur dari Facebook telah banyak membantu untuk menemukan teman lama, memasarkan produk atau sarana komunikasi. Tetapi, dampak negatif yang diakibatkan situs ini tidak kalah menyeramkannya.
Anak-anak di bawah umur lari dari rumah setelah berkenalan dengan seseorang melalui Facebook. Bahkan, mereka melakukan hubungan intim yang terlarang pada usianya. Sebagai orang tua, bagaimana Anda dapat mengatasi dampak negatif Facebook dan situs web jejaring sosial lainnya?
Trend Facebook yang ada di masyarakat cukup kuat, membuat banyak penggemarnya yang akhirnya membeli smartphone dengan tujuan untuk dapat terus mengakses dan memperbahurui statusnya. Facebook memang menarik, sebagai mini blog, Facebook memungkinkan anggotanya untuk menuliskan status di wall, apa yang dirasakan atau apa yang sedang dialaminya, kemudian anggota lain dapat memberikan komentar yang membuatnya semakin seru.
Situs web Facebook memungkinkan Anda menerima permintaan pertemanan dari teman dekat, teman sekolah, kerabat dan bahkan teman lama Anda. Orang yang tidak Anda kenal sebelumnya juga bisa mengajak berteman melalui Facebook. Atau Anda bisa juga memasukkan foto kemudian menandai orang-orang yang ada di foto tersebut, sehingga orang yang ditandai dapat melihat foto tersebut. Anda juga dapat memasukkan jadwal acara dan mengundang orang lain melalui Facebook. Fitur lain adalah Anda dapat chating atau mengobrol dengan anggota lain yang merupakan teman Anda bila sedang online bersamaan.
Memang banyak fitur menarik yang bisa Anda dapatkan melalui Facebook. Sering juga orang menggunakan media Facebook untuk mempromosikan produk mereka karena banyaknya anggota Facebook. Namun seperti halnya sebuah pisau bisa digunakan untuk memotong bahan makanan untuk dimasak dan bisa juga untuk tindak kriminal, maka Facebook juga memiliki sisi negatif jika disalahgunakan. Apa sajakah dampak negatif Facebook?

Efek Negatif Facebook
Update status, upload foto, mengobrol atau melihat dinding orang lain bisa sangat mengasyikan dan membuat lupa waktu. Hal itulah yang sering dirasakan para anggota Facebook. Maka, agar tidak lupa waktu perlu disiplin yang baik. Untuk anak Anda, tetapkan peraturan berapa lama mereka boleh mengakses Internet sehingga tidak kehabisan waktu untuk istirahat, belajar atau melakukan kegiatan lainnya.

1. Bagi pasangan yang telah menikah, menggunakan Facebook dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan mereka. Bila Anda melihat kata-kata romantis yang dikirimkan oleh seorang lawan jenis dari suami atau istri Anda mungkin dapat menyebabkan pertengkaran. Atau dengan Facebook, komunikasi dengan lawan jenis bisa sangat akrab, membuat Anda sering menceritakan masalah Anda kepadanya dapat membuat pada akhirnya Anda tertarik pada orang tersebut, bukan pada pasangan sendiri.

2. Mencantumkan biodata lengkap, bahkan sampai nomor telepon atau alamat rumah dapat memancing orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini karena bila tidak diatur secara khusus, semua orang dapat membaca informasi ini. Dan jika informasi ini digunakan oleh orang yang berniat jahat, maka hal itu dengan mudah dapat dilakukan. Lindungi privasi Anda meski merasa yakin bahwa situs tersebut telah benar-benar aman.

3. Bagikan informasi Anda hanya kepada orang yang benar-benar Anda kenal. Abaikan ajakan pertemanan jika Anda curiga terhadap keanggotaan orang tersebut di Facebook. Bahkan jika Anda sudah mendapat ancaman atau tindakan kurang menyenangkan dari orang lain di Facebook, Anda bisa melaporkan orang tersebut kepada pengelola Facebook.

4. Banyak orang berlomba ingin memiliki teman sebanyak mungkin di Facebook. Selalu periksa siapa yang Anda ajak berteman dan siapa yang mengajak Anda menjadi temannya. Karena bisa jadi Anda hanya berteman dengan orang yang bermaksud jahat atau mengirim spam di dinding Anda.

5. Beragam aplikasi menarik juga tersedia di Facebook. Namun beberapa dari aplikasi ini bisa mengandung virus atau aplikasi yang berbahaya. Jika ada undangan untuk menggunakan aplikasi tertentu, dan Anda tidak yakin maka abaikan saja undangan tersebut. Anda bisa bertanya kepada orang lain atau teman Anda yang sudah menggunakan aplikasi tersebut untuk meminta rekomendasinya.

Jenis-jenis Layanan BK

Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan ketujuh jenis layanan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.

a. Layanan Orientasi
Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

b. Layanan Informasi
Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

c. Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.

d. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.

e. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

f. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan

g. Layanan Konseling Kelompok
Layanan Konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok,. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

I. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:

j. Aplikasi Instrumentasi Data
Aplikasi instrumentasi data adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan. Fungsi kegiatan ini adalah pemahaman

k. Himpunan Data
Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini memiliki fungsi pemahaman.

c. Konferensi Kasus
Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.Kegiatan konferensi kasus memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.

l. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.

m. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.

Asas-asas BK

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :

1. Asas Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,

2. Asas Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

3. Asas Keterbukaan
Asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.

4. Asas Kegiatan
Asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.

5. Asas Kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

6. Asas Kekinian
Asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.

7. Asas Kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

Prinsip-prinsip BK

Sejumlah prinsip mendasari gerak langkah penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta berbagai aspek operasionalisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (a) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial; (b) memperhatikan tahapan perkembangan; (c) perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu; (a) menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar, (b) timbulnya masalah pada individu oleh karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan dan Konseling; (a) bimbingan dan konseling bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik; (b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan; (c) program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu; (d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian hasil layanan.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (a) diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri; (b) pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya atas kemauan diri sendiri; (c) permaslahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu; (d) perlu adanya kerja sama dengan personil sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berkewenangan dengan permasalahan individu; dan (e) proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.

Visi, Misi, Tujuan BK

Visi bimbingan dan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia. Berdasarkan visi tersebut terdapat tiga misi yang diemban bimbingan dan konseling, yaitu :
Misi pendidikan; mendidik peserta didik melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan yang terkait masa depan.
Misi pengembangan; memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan formal ke arah perkembangan optimal melalui strategi upaya pengembangan lingkungan belajar dan lingkungan lainnya serta kondisi tertentu sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat.
Misi pengentasan masalah; membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif.

Dalam berbagai literatur tentang bimbingan dan konseling, para ahli mengemukakan tentang tujuan bimbingan dan konseling yang beragam, tetapi pada intinya akan menerucut pada tujuan yang sama yaitu tercapainya perkembangan para peserta didik/klien secara optimal dan tercapainya penyesuaian diri..

Pengertian BK

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding: “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).

Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.

Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities.
United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : “guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.
Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa :

Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik.. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.

Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.

Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian bimbingan disatukan dengan konseling merupakan pengertian formal dan menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional.

Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu. Selama perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian nama, semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya), kemudian sejak Kurikulum 1994 hingga sekarang berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan wacana sebutan Profesi Konseling, meski secara formal istilah ini belum digunakan.